Sepertinya telah tercatat di skenario hidup jika kali ini saya kembali menapakan kaki di pulau Flores, setelah kali pertama di tahun 2012 mengunjungi tempat pengasingan Soekarno dan pohon sukun tempat lahirnya Pancasila (Ende).
Tujuan perjalanan kali ini adalah ke Ruteng, sebuah kota bercuaca paradoks dengan daerah lain di NTT yang terkenal gersang. Temperatur udara sejuk di siang hari dan di malam hari dinginnya semakin menusuk kulit, seakan cocok menjadi labirin pelarian dari panas penatnya hutan beton ibu kota. Sebagai traveller plat merah, tujuan utama ke Ruteng pastinya untuk tugas (temporer) negara, tepatnya in-depth interview atau wawancara mendalam kepada responden yang jujur menuangkan kegalauannya pada organisasi dengan fokus pendalaman pada titik kritis yang mempengaruhi kadar engagement-nya. Keramahan dan kebersamaan mereka di KPPN Ruteng adalah selimut penghangatku selama disana.
Formasinya dihuni talent yang luar biasa dan saya kira mereka akan bersinar dan lebih matang kedepannya. Dari yang saya ajak berinteraksi dan konfirmasi, aspek teknis pekerjaan tidak ada kendala berarti dan satu sama lain saling mengisi. Di luar lingkungan kerja, dari mereka ada yang suka adventure, kreatif, tidak mengeluh, beradaptasi tinggi dengan mencoba memahami budaya dan kearifan lokalnya serta adapula yang mengusir kesepiannya dengan petikan gitar, cekidot http://www.youtube.com/user/MrAsbun, We are so proud of you all… ditunggu tantangannya, buktikan…
Disana seakan menjadi tempat kencan berkesan bagi saya dengan si eksotis coklat kehitaman yang saya temui sedang telanjang berjemur di depan rumahnya. Kopi Flores merupakan salah satu andalan kopi nusantara yang berkualitas tinggi dan harumnya di pasar global tak kalah dari kopi Gayo, Sidikalang, Kintamani dan Papua. Esspresso porsi ganda pada sesi utama dan tubrukan di sesi lainnya menjadi pelarut pembicaraan kami tentang segala hal bermakna, dari mulai pekerjaaan sampai filosofi kehidupan yang dalam dan mesti kita syukuri.
Kritisi dari mereka tentang tambahan tugas yang tidak sejalan dengan konsep paperless dan let’s the managers manage, penambahan fungsi kepatuhan yang semestinya tidak perlu terurai sampai ke kantor pelayanan, cost and benefit antara KPPN remote area dengan filial dan tentunya pola mutasi menjadi menu diskusi kami. Sedapat mungkin oleh-oleh dari mereka akan disampaikan kepada pemangku kebijakan dan semoga direspon dengan tindakan konkrit yang dapat terasa manfaat positifnya.
Sekarang mari kita berputar arah ke jalur non kedinasan. Pandangan pertamaku langsung tertuju ke sebuah danau tiga warna dan pernah menjadi gambar pada uang 5.000. di tahun 90an (Danau Kelimutu), ternyata pesawat yang saya tumpangi terbang melintasinya, sayang jika tidak dijeperet dan membaginya.
Provinsi NTT dianugerahi destinasi wisata yang mempesona dan seakan melambaikan tangan kepada wisatawan untuk datang kesana, misalnya rumah adat Wae Rebo yang telah dinobatkan menjadi warisan budaya dunia dari UNESCO, pulau Komodo yang lagi happening dan keindahan bawah laut pulau Alor, semoga lain kali bisa kesana. Begitu indahnya Indonesia…
el-bantani
pecandu kopi, penikmat seni
@ruteng, flores NTT