Indinesh

Image

Menulis tentang mereka, selalu bingung mesti dimulai dari mana, kata apa yang harus membukanya dan pesan apa yang menjadi epilognya. Saat kumulai tulisan ini, dua bidadari kecil itu sedang lelap tertidur disampingku setelah seharian menikmati waktu berkualitas bersama. Indinesh kami menyebut mereka, kependekan dari Indira Nafeeza (10-12-2009) dan Danesh Janeeta (27-06-2011).  Dilahirkan dari rahim yang sama, tentunya dari ayah dan bunda yang sama pula, pun dengan pola asuh, nutrisi dan hal secuil apapun tanpa pembedaan, namun mulai nampak warna-warni karakter dan kecerdasan yang menonjol satu sama lain.

Image

Indira Nafeeza, baru saja berulang tahun yang keempat dan sudah nampak lebih dewasa sebagai kakak. Rambut blonde keriwil gantung itu menjadi daya tarik bagi setiap mata yang memandangnya. Dari hasil Multiple Intelligence Research (MIR) di sekolahnya (Kirana Preschool), kecerdasan logis-matematis paling menonjol darinya. Terbukti dengan betapa tertarik dan cepatnya dia menyusun puzzle, mencari pasangan bentuk geometri, dan keteraturan dalam padu padan barang kesukaannya, begitu prosedural dan otak kiri banget. Di term (catur wulan) ini raport-nya tentang kecerdasan moral-karakter dan spiritual (agama Islam) berkembang sesuai harapan. Sebuah angin segar bagi kami yang khawatir bila punya anak cerdas (IQ) dan potensial secara akademik tapi tidak mempunyai moral-karakter dan agama yang kuat.

IMG_7780

Salah satu potongan kisah manis bersama Indira adalah ketika kencan menonton film Frozen, sebuah film yang tak jauh dari segala sesuatu tentang Princess yang saat ini digandrunginya. Secara umum dia sudah mulai memahami isi cerita film itu tanpa banyak bertanya dan bicara semaunya yang pasti mengganggu orang lain disekitar. Lebih berdisiplin, ramah, mulai berimajinasi dan menghargai perbedaan, sejauh ini sudah mulai ditunjukannya, tapi dia belum begitu berani mengambil keputusan dan disarankan oleh gurunya untuk lebih mengeksplorasi diri.

IMG_0569

Danesh Janeeta, tanggal lahirnya beda satu hari dengan ayahnya, saat ini sedang dalam fase di puncak manja sebagai anak bungsu. Bola mata mempesona, senyuman dan raut muka manis serta kulit eksotis menjadi daya tariknya. Berbeda dengan MIR Indira, kecerdasan bahasa dan seni musik paling menonjol dari Danesh. Dia paling suka menirukan nyanyian apapun, bahkan sudah bisa berimprovisasi dengan mengganti liriknya. Dia mulai fasih berbicara sebelum jalan, bahkan saat ini sudah mulai menanyakan setiap kata dalam bahasa inggrisnya. Di term (catur wulan) ini raport-nya tentang kecerdasan bahasa dan seni musik masih diatas kecerdasan yang lain, begitu otak kanan banget.

IMG_3413

Momen paling indah dan berharga bersama Danesh adalah ketika dia selalu tertarik jika diajak sholat berjamaah di masjid. Dia pun suka menemani ayahnya ngopi, dan mulai icip-icip menikmati kopi, tentunya dengan takaran ringan dan campuran susu. Sikap nyeleneh dan berani memilih untuk tidak di arus utama mulai terlihat darinya, terbukti jika disuruh A atau kami memilih A, dia seringkali berbeda dengan memilih B dan susah diatur untuk mengubah keputusannya. Satu hal yang menarik, dia suka beraksi dan nyeletuk dengan kalimat yang cerdas, tak terduga dan membuat kami tertawa.

Memetik strawberry di Lembang, bermain angklung di Udjo, backpacking ke Ubud, agrowisata kopi di Kintamani, mengintip warna-warni biota laut di Sabang dan bekerjasama membuat panggung boneka dari bahan daur ulang yang akhirnya jadi juara di lomba unjuk kreatifitas keluaga di term ini, menjadi mozaik indah kami yang kelak menjadi cerita manis di masa dewasa mereka nanti.

IMG_3682

Era emas mereka berada di lima tahun awal, biarkan mereka menemukan dunianya sendiri. Jangan terlalu  dalam memasukan harapan orang tua dengan mengintervensi dunia mereka. Kami hanya siapkan kanvas dan figura, biar mereka yang memilih warna dan melukiskannya. Mereka ingin seiring bukan digiring. Mereka akan menapaki undakan kejayaan dengan kakinya sendiri. Lima, sepuluh, lima belas, dua puluh, dua puluh lima dan bilangan tahun usia kedepan, kita tidak akan tahu dunia mereka seperti apa? apakah potret kecerdasan hasil MIR di lima tahun awal terbukti mencerminkan potensi dan bekal mendulang kesuksesan mereka menjalani dunianya?. Harapan kami semoga mereka jadi anak yang solehah, berbakti pada orang tua, bermanfaat bagi masyarakat, agama, nusa dan bangsa. Itu saja…

el-bantani

pecandu kopi, penikmat seni

7 thoughts on “Indinesh

  1. Orang tua yang paling utama membentuk akan menjadi apa anak-anak selanjutnya, bukan guru apalagi pengasuh. Beruntunglah menjadi orang tua yang selalu sedia mendampingi masa emas putra-putrinya, semoga kelak menjadi anak yang bahagia dunia akhirat dan menjadi jembatan ke surga bagi kedua orang tuanya. Amin…
    *btw, kenalkan, nama anak saya Rai, 5 tahun 10 bulan 😀

  2. kebanyakan dari angkatanku malu untuk mengembangkan diri secara terbuka, orang bilang karena dlu waktu kecil sering dilarang ini itu.

    berbeda jauh dengan metode asuh anak zaman skrng, kebanyakan diberikan kebebasan yang terkadang bisa dibilang kelewatan. orang tua sering bilang “bahkan ketika kepalamu diinjak, kamu akan biarkan?” rumit ternyata.

    belum punya anak malah pake bingung ya, haha

    Amiiin Mas Olis atas doa dan harapanx, ;))

Leave a comment